Iya, saya minder.

Minder, merasa gak percaya diri, merasa ga sebanding dengan orang lain. Saya nggak tau apakah setiap orang mengalami hal seperti ini, tapi yang jelas.. terkadang saya masih mengalaminya.

Tulisannya ini tercetus setelah saya baca tulisan mbak Irma, sang Bintang Timur tentang rasa minder yang muncul begitu mendengar suatu kabar dari temannya. Begitu baca tulisannya, saya tersadar.. ternyata saya nggak sendiri. Hanya saja, saya sering menyembunyikan rasa minder itu, nggak mau keliatan rapuh, maunya keliatan tegar, takut dibilang gak bersyukur.

Saya inget, perasaan minder yang teramat sangat.. ketika saya nggak lolos UMPTN tahun 1999. Kemudian saya juga mencoba jalur D3 gelombang pertama, itu pun hasilnya sama. Gak lolos juga. Minder se-minder2nya dengan temen2 deket saya di SMA. Mereka diterima di universitas negeri jurusan favorit seperti Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi, Teknik Arsitektur dan Akuntansi. Sedangkan saya? Ujian masuk D3 aja nggak lolos. 😦

Saya sempat bingung, trus mau ngapain, karena kalo kuliah di swasta, orang tua saya jelas gak mampu. Pada waktu itu, saya dan ketiga kakak saya sedang kemragat alias lagi butuh2nya banyak biaya untuk kuliah. Seakan-akan, masa depan saya suram. Hih, lebay sekali saya waktu itu.

Saya coba lagi Ujian Masuk D3 gelombang ke-2, alhamdulillah lolos di jurusan Humas, Komunikasi. πŸ™‚ Masih ‘dendam’ sama UMPTN, tahun kedua saya justru nggak mau nyoba lagi. Masih trauma saya. Baru di tahun ketiga, saya coba lagi ikut UMPTN dan akhirnya lolos masuk ke Fakultas Ilmu Budaya. Bukan pilihan pertama, sih. Tapi gapapa, yang paling bikin saya puas, ternyata saya bisa juga lolos UMPTN. :mrgreen:

Di saat yang bersamaan, kuliah saya yang D3 udah tinggal 2 semester saja. Jadinya selama 1 tahun, saya sempat jalani kedua kuliah tersebut, kuliah dobel yang melelahkan. Alhamdulillah dua-duanya selesai tepat waktu.

Dan tau nggak, ternyata justru ijazah D3 saya yang ‘laku’ sehingga saya mendapatkan pekerjaan yang sekarang. See? skenario bikinan kita emang gak pernah bisa menandingi skenario bikinan Tuhan..

Balik lagi soal minder, sekarang pun saya juga punya ke-minder-an lain. Misalnya saat mendapati kabar dari temen2 lama yang udah melanglang buana ke mana-mana. Sedangkan saya? Di Jogjaaaaa terus. Iya sih, jalan2 ke luar Jogja juga bisa.. tapi sepertinya saya nggak punya pengalaman layaknya mereka yang pernah kuliah di sana, kerja di situ, tinggal di sana, tinggal di situ.. Kayaknya monoton sekali hidup saya 😦

Tapi begitulah hidup, ternyata dengan tetap tinggal di Jogja.. saya nggak pernah jauh dengan keluarga. Mereka selalu di sekitar saya, yang tentu membuat saya tenang dan nyaman. πŸ™‚ Ibarat kata banyak yang bilang, tinggal di Jogja itu.. living the slow path..

Masih ada yang di-minder-in lagi? Hehe, masih sih… hehehe.

Pada akhirnya, saya punya kesimpulan bahwa punya rasa minder itu adalah hal yang lumrah. Bukan dosa. Asalkan rasa minder itu justru dijadikan pendorong buat kita untuk lebih baik ke depan. Bahwa kita pun bisa seperti orang lain. Di sisi yang lain, rasa minder itu juga sebagai penekan atau kontrol supaya kita nggak ‘belagu’ jadi orang. Banyak orang yang ternyata lebih dari kita.

Satu lagi, klise tapi penting.. jangan lupa bersyukur.

Jadi, apakah kamu punya rasa minder? Ceritain dong…

12 Comments

  1. Waktu ketemu Mba Anna di Ratu Gurih juga aku minder, habis Mba Anna jauh lebih cantik dan lebih wah dari apa yg aku bayangin sebelumnya πŸ˜‰

    Like

  2. Saya dulu minder kuliah di ex-IKIP, lha wong teman2 saya kuliah di kampus2 ternama dengan jurusan yang oke punya. Dan setiap reunian SMA, mereka sll mengira saya kuliah di gajahmada. Kalau saya bilang kuliah di kampus pendidikan itu, mereka banyak yang ndak kenal (sialan!), xixixi….

    Tapi saya bangga dengan rencana Tuhan dalam hidup saya. Oke punya lah pokoknya. Yang penting disyukuri, Tuhan ndak bakal mempermalukan kita, Yakin deh… πŸ˜‰

    Like

  3. banyaakk Ann, klo mau didata hal yg bikin bundo minder.. gak sekedar minder, bisa bikin nangis malah. hadeehh.

    tapi Allah selalu mempersiapkan kita, bahwa hidup selalu baik-baik saja dengan segala kekurangan tersebut.

    semangat, Anna..!!!

    Like

  4. Anna…terharu banget baca nama saya ada disini…tengkyu ya!
    πŸ™‚

    Tulisan Anna tentang minder ini pas banget dengan yang saya rasakan beberapa minggu lalu. Bukannya iri atau tidak bersyukur, tapi entah kenapa rasa mak jleb itu tiba-tiba saja datang…

    Biasanya tidak lama ya An, hanya selintas.
    Betul yang Anna bilang, mungkin itu untuk mengingatkan agar kita tidak sombong, atau agar kita terus bersyukur.

    Dibalik kekurangan yang kita miliki, pasti banyak kelebihan yang sudah Tuhan anugerahkan.
    Bisa lulus D3 dan S1 bersamaan?
    Itu dia kelebihan yang saya tidak punya, An…
    πŸ˜€

    Like

  5. Minder ?
    Pastilah … saya sering minder juga …
    Melihat teman-teman sudah punya jabatan ini … itu … kesana – kemari dan seterusnya … punya ini … punya itu …

    Yang jujur saja … dulu waktu sekolah … rank mereka itu jauh dibawah saya …

    Tapi kemudian saya segera sadara … bahwa letak kebahagiaan itu bukan pada keberhasilan orang lain (yang mungkin menyilaukan dari luar) …
    letak kebahagiaan itu ada di hati yang bersyukur …

    Salam saya Mbak Anna
    ( I like this post … )

    Like

  6. nah emang kudu banyak2 bersyukur na supaya gak minder2 lagi… πŸ™‚

    mendingan GR daripada minder lho.. begitu prinsipnya. hahaha

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s