Surabaya Heritage Track

Selamat hari Rabu ๐Ÿ™‚

Alhamdulillah, kembali punya kesempatan buat jalan-jalan ke luar kota. Kali ini saya dan suami jalan-jalan ke Surabaya, tepatnya tanggal 8-10 Februari 2013 lalu. Jadi saya cuman ijin sehari doang, pas hari Jumat-nya, disambung Sabtu-Minggu.

Kenapa Surabaya? Karena mas Nug pengen nonton Djarum Superliga Badminton 2013 yang digelar di DBL Arena Surabaya. Cerita soal yang ini ntar2 aja ya, saya pengennya urut kejadian ajah nulisnya.

 

Jumat, 8 Februari 2013

Kami berdua berangkat cuman bawa koper sedang 1 buah aja. Plus, saya bawa tas selempang yang isinya dompet, hape, mukena.. mas Nug bawa rangsel kecil yang isinya topi, payung, gadget, makanan dan minuman. Kami emang bukan backpackers, tapi juga nggak mau ribet-ribet, pengennya simple tapi nyaman. Alhamdulillah budget juga nggak mepet, tapi secukupnya aja.

Karena bawaan nggak banyak, kami berangkat dari rumah naik motor menuju Stasiun Tugu Jogja. Motor akan menginap di stasiun 2 malam. Pukul 07.15, kereta Sancaka membawa kami ke Surabaya. Sengaja kami memilih naik kereta, karena ini emang bagian dari rencana.. mau menikmati waktu bersama, tidak dalam keburu-buruan. ๐Ÿ˜‰

Sekitar pukul 12.30 kami tiba di Stasiun Gubeng, Surabaya dan segera menuju hotel yang ada di Jl. Embong Kenanga. Lumayan dekat dengan stasiun, cukup Rp.10.000,- naik becak. Becak Surabaya ternyata kecil ya.. beda dengan becak Jogja yang lumayan gede. Untungnya saya dan Mas Nug kecil-kecil, jadi muat deh untuk berdua.. hihi.

Becak di Surabaya ternyata kecil ya..
Becak di Surabaya ternyata kecil ya..

Di hotel cuman sebentar buat naruh barang, plus sholat Dhuhur dan Ashar yang kami jama’. Karena sedang bepergian, keringanan sholat bisa dipake.. yang penting jangan tinggal sholatnya. Iya kan?

Trus kami makan soto deket hotel dan segera meluncur ke House of Sampoerna,ย museum yang menyimpan berbagai cerita dari awal berdiri hingga perkembangan terkini PT. Sampoerna Tbk.ย  Museum ini buka setiap hari dari pukul 09.00 sampai 22.00.

House-of-Sampoerna
House of Sampoerna

Beruntung sekali ketika kami nyampe di sana, ternyata bis merah Surabaya Heritage Track udah ngetem siap-siap mau berangkat. Yak, bis ini disediakan secara gratis oleh museum untuk para wisatawan berkeliling ‘kota tua’ Surabaya yang menyimpan gedung-gedung peninggalan jaman kolonial.

Surabaya-Heritage-Bus-1
Surabaya Heritage Track Bus

Sebelum berangkat, setiap penumpang harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan tiket danย  sebuah peta kawasan heritage Surabaya. Peta ini juga memuat banyak informasi tentang berbagai lokasi yang dilewati maupun dikunjungi. Selain itu kami juga diberikan tanda pengenal yang harus digunakan selama mengikuti tur ini.

Begitu naik bis, saya bisa langsung merasakan kenyamanan berada di dalamnya. AC yang dingin, tempat duduk yang tidak sempit, kapasitas hanya 20 orang.. plus juga jendela kaca yang lebar dan tinggi membuat saya leluasa menikmati pemandangan.

Surabaya-Heritage-Track-Bus
(dari kiri atas, searah jarum jam) tiket bis, peta tur ‘kota tua’, suasana di dalam bis, dan tanda pengenal bagi penumpang.

Saya merasa sangat beruntung bisa naik bis ini. Tentu saja, saya yang nggak ngerti seluk beluk Surabaya, ga perlu bingung-bingung mau ke mana. Bis ini udah bisa mengajak saya berkeliling kota, menikmati kota tua Surabaya. ๐Ÿ™‚ Ditambah lagi, banyak yang bilang setiap weekend bis ini punya daftar tunggu penumpang yang cukup panjang. Sedangkan kami jauh-jauh dari Jogja bisa langsung ikut tanpa harus masuk waiting list. Pas gak rame gitu aja.. alhamdulillah.

Berikut gedung-gedung tua yang sempat kami ambil gambarnya.

kota-tua-surabaya
(dari kiri atas, searah jarum jam) Gedung Soeara Asia; salah satu bangunan tua di Jl. Kramat Gantung; Gedung Bank Mandiri; dan Gedung Tunjungan City.

Gedung Soeara Asia berlokasi di Jl. Pahlawan, sejak tahun 1930-an adalah kantor berita. Pernah menyebarkan informasi tentang proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945. Saat ini gedung digunakan sebagai UPT Pelayanan Terpadu yang berada di bawah Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur.

Gedung Bank Mandiri, dibangun tahun 1911 oleh Hulswit dengan nama Gedung Lindetevess Stokvis. Digunakan untuk pabrik mesin pemerintah Hindia-Belanda. Pada jaman Jepang pun juga digunakan sebagai bengkel perbaikan dan penyimpanan kendaraan dan senjata berat.

Gedung Tunjungan City, awalnya dikenal sebagai gedung Siola yang didirikan tahun 1877 dan digunakan sebagai toko tekstil dan pakaian. Dari tahun ke tahun, dari penguasa satu ke penguasa yang lain, gedung ini selalu dijadikan sebagai pusat penjualan atau toserba, bahkan hingga saat ini dan lebih dikenal sebagai Tunjungan City.

 

kota-tua-surabaya1
(dari kiri atas, searah jarum jam) Balaikota Surabaya; Gedung Kantor Gubernur; Gedung Balai Pemuda Surabaya; dan Hotel Majapahit)

Balaikota Surabaya, didirikan tahun 1920 oleh arsitek G. C. Citroen. Gedung ini dulunya dikenal dengan nama Raadhuis Ketabang.

Gedung Kantor Gubernur yang berlokasi di jalan Pahlawan diresmikan tahun 1931 sebagai kantor Gubernur dan Kantor Karesidenan Suarabaya.

Gedung Balai Pemuda yang terletak di Jl. Pemuda ini didirikan tahun 1907 berfungsi sebagai tempat hiburan dan bersosialisasi orang Eropa di Surabaya. Pada masa itu, rasialisme sangat kental di gedung ini, bahkan ada papan peringatan bertuliskan “Verboden voor Inlander” (pribumi dilarang masuk).

Hotel Majapahit, diresmikan tahun 1912 dengan nama Hotel Oranje. Pada masa pendudukan Jepang diberi nama Hotel Yamato. Di sinilah terjadinya perobekan bendera Belanda, Merah-Putih-Biru menjadi Merah-Putih.

 

Bis ini sempat berhenti di 2 tempat, yaitu Balaikota Surabaya dan Gedung Seni Cak Durasim. Di masing-masing tempat kami diberi waktu sekitar 20 menit untuk melihat-lihat. Bis kemudian kembali ke House of Sampoerna.

Jujur, saya jadi ngebayangin seandainya di Jogja ada bis semacam ini. Tentunya akan sangat menarik dan bagus banget untuk meningkatkan pariwisata di Jogja. Semoga aja deh, saya punya kesempatan untuk menyampaikan aspirasi ini kepada mereka yang berwenang. ๐Ÿ™‚

Eniwei.. sebenernya, perjalanan hari itu masih panjang.. tapi saya lanjutin di postingan lain aja ya. Biar nggak kepanjangan. Seperti biasa, postingan saya tutup dengan foto narsis kami berdua. Sayang untuk dilewatkan. :mrgreen:

Surabaya-Heritage-Track_1

PS. Semua foto adalah milik pribadi, segala informasi saya dapat dari peta Surabaya Heritage Track.

14 Comments

  1. Jujur mbak Anna …
    Hati saya berdesir hebat sepanjang postingan …

    Surabaya kota kelahiran saya …
    saya pun sempat bermukim di Surabaya tahun 91 – 97 an …
    banyak kenangan di kota ini …

    Salam saya
    (ah museum itu …)

    Like

    1. hehe, bener mbak.. saya pun juga ‘berasa’ di luar negeri.. hehe.
      setiap kota kayaknya perlu tuh bikin bis2 macam itu..

      Like

Leave a comment