Heh, siapa yang jadi trainer? Iya, saya (latihan) jadi trainer. Ngajarin orang lain tentang apa yang saya bisa.
Sebelum cerita ‘kok bisa’ saya jadi trainer, saya mau sedikit cerita tentang kekaguman saya terhadap profesi guru, dosen, mentor, termasuk juga dengan trainer. Kenapa? Mungkin banyak orang punya kemampuan yang luar biasa, tapi belum tentu mereka bisa mentransfer ilmunya ke orang lain. Ngajarin orang lain. Harus bisa menjelaskan sesuatu secara sistematis, mudah dipahami, dan gak cuman teori, sampai praktek para guru, dosen, mentor dan trainer ini harus bisa membimbing. Gak gampang kan?
Kalo bicara trainer, selalu keingetnya Om NH 🙂
Balik ke saya lagi ya..
Jadi kan gini, narablog udah tau kan ya kerjaan saya? Staf Bagian Protokol Pemkot Yogyakarta. Jadi pembawa acara atau MC adalah kerjaan sehari-hari. Saya kira, ya hasil kerja saya okay lah.. tapi bukan lantas menjadikan saya ini ahli di bidang keprotokolan. Masih banyak lubang di sana-sini dan harus terus belajar. Tapi rupanya ada yang tertarik menghadirkan saya sebagai narasumber pelatihan MC. I’m flattered actually 🙂
Siapa yang ngundang? Ibu-ibu PKK di kecamatan. Hehe. Tepatnya Kecamatan Danurejan.
Terus terang aja, ketika bu Camat meminta saya, apakah mau ngisi di acara pertemuan bulanan ibu-ibu PKK kecamatan, antara seneng dan deg-degan. Saya kan nggak biasa jadi trainer. Kalo ngomong di depan orang banyak, jadi MC sih gapapa.. tapi kalo orang terus dengerin, nyatet, belajar dari saya? Haduh.
Sebenernya kalo jadi narasumber tentang Keprotokolan dan MC pernah juga sih. Waktu itu ngisi Diklat di Pramuka Kwartir Cabang Kota Yogyakarta. Cuman, waktu itu saya nggak berangkat sendiri. Narasumber utamanya senior saya di kantor. Jadi saya hanya nambah dikit-dikit aja.
Ketika surat undangan resmi datang ke saya, saya belum siap apa-apa. Udah ada bayangan sih apa yang akan saya sampaikan. Tapi namanya juga ngajarin orang lain, harus runtut dan sistematis. Jadi mulailah saya buka-buka materi MC dan keprotokolan yang saya punya dan nyari di internet. Ternyata nyiapin materi untuk training itu gak mudah ya.. di kepala sih banyak, nuangin ke power point-nya itu loh. 🙂
Akhirnya, hari H yaitu Kamis sore, 27 Juni tiba. Saya sengaja hadir lebih awal untuk orientasi lokasi dan suasana. Biar gak grogi. Sekalian nyiapin materi saya di laptop yang udah disediain panitia. Ngliat audience-nya kayak apa.. kira-kira gimana cara ngomong yang tepat supaya nggak ada gap antara saya sebagai narasumber dan mereka sebagai audience. Cari tau juga durasi waktu yang diberikan ke saya, agar nggak bertele-tele dan bisa membagi waktu untuk teori dan praktek.
Alhamdulillah 60 menit berjalan lancar, ibu-ibu yang hadir merespon dengan baik, antusias banget malah. Ketika praktek MC, mereka semangat, banyak bertanya, bahkan mereka mau soft copy maupun hard copy materi dari saya. Mau dipelajari lagi katanya. 🙂 Yeay!
Saya berusaha selalu kontak mata, memberi apresiasi dengan tepuk tangan, mengingat nama mereka yang bertanya maupun praktek ke depan. Memberi kesempatan mereka untuk saling mengkoreksi ketika praktek. Semangatnya bukan nyari-nyari kesalahan, tapi belajar bersama.
Yah begitulah pengalaman saya (latihan) jadi trainer. Masih harus banyak belajar lagi untuk jadi trainer yang baik. Masih pemulaaaa banget dan minim pengalaman. Tapi sungguh menyenangkan. Buat narablog yang udah berpengalaman, kasih dong tips jitu buat saya. 🙂
Jadi trainer itu asyik dan mulai karena mengajari dan melatih orang
Semoga sukses kedepan
Salam hangat dari Surabaya
LikeLike
makasih pakdhe atas kunjungannya. 🙂
mengajar atau melatih orang lain, sebenernya cara lain bagi kita untuk tetap belajar dan mengingatkan diri sendiri.
LikeLike