Laparotomy Story

Hai, apa kabar?

Bulan Juni telah bergulir, tahun 2015 hampir separuh jalan, tak lama lagi Bulan Ramadhan pun akan segera mengetuk pintu rumah. Semangat!

Anyway, ada cerita apa di postingan kali ini? Saya pengen cerita tentang operasi laparotomi yang saya alami Selasa, 26 Mei 2015 lalu. Tindakan medis ini diambil karena adanya penebalan secara abnormal di dinding rahim, yang menyebabkan rahim membesar dan tidak elastis. Kalo istilah kedokterannya adalah adenomiosis. Sekaligus bersihin organ reproduksi saya dari berbagai hal, yaitu kista ovarium bilateral, endometriosis, dan mioma. Komplit deh. 🙂

Tapi nggak usah ngeri dulu, tujuan utama saya menuliskan pengalaman ini tak lain sebagai catatan pribadi dan berbagi pengalaman. Karena tidak sedikit perempuan yang memiliki kondisi kurang lebih sama dengan saya.

Udah sejak kuliah saya merasakan sakit yang lumayan menyiksa saat menstruasi. Paling nggak 1-2 hari ngerasain badan serba nggak enak dan nyeri perut. Bawaannya tiduran dan diem di kasur. Semakin ke sini, sakitnya semakin bertambah, plus pake mual muntah segala. Kalo dulu nggak perlu obat pereda nyeri, beberapa tahun terakhir jadi tergantung sama pain killer semacam asam mefenamat.

Sejak tahun 2004, saya udah ketahuan punya kista ovarium. Saya udah dua kali menjalani operasi laparoskopi untuk pengangkatan kista ovarium bilateral dan endometriosis. Tepatnya di tahun 2006 dan 2010, untuk yang kedua pernah saya tulis juga di blog ini, tepatnya di sini.

Nah, untuk operasi kali ini udah gak cukup lagi dengan laparoskopi, tapi harus pake metode laparotomi alias sayatan besar di perut, mirip ama operasi caesar.

Sejak kapan saya ketahuan punya adenomiosis?

Sedikit flashback ya. Awal tahun 2012 saya konsultasi ke dokter spesialis kandungan plus onkologi, dr. Heru. Dia bilang, selain kista dan endometriosis, rahim saya udah membesar karena adanya adenomiosis. Dokter menyarankan adanya tindakan operasi, kalo nggak pengen kambuh-kambuh lagi ya paling ekstremnya histerektomi atau pengangkatan rahim. Waduh. Agak shock juga dengernya. Bahkan dokter langsung kasih surat pengantar rawat inap untuk tindakan operasi.

Tapi nggak saya jalanin, ngeyel. Masih mikir-mikir lah. Hehe. Lah nggak disangka, nggak lama setelah ketahuan ada adenomiosis-nya, saya malah hamil. Antara seneng dan khawatir mengingat kondisi kesehatan reproduksi saya yang sedemikian rupa. Apalagi sebelumnya udah mengalami keguguran 2x. Sewaktu pemeriksaan kehamilan pun, dokter dan perawat juga menyampaikan tentang kondisi ini, yang penting kehamilan dijalani dulu. Walaupun akhirnya saya keguguran juga di usia kandungan 10 minggu.

Trus setelah keguguran, konsultasi ke dokter kandungan lagi nggak? Iya. Tapi cuman sekadar ngecek-ngecek aja tanpa ambil tindakan. Jadi, untuk sementara waktu kista dan temen2nya saya ‘pelihara’ sambil merasakan nyeri-nyeri sedap setiap datang bulan. Hehe.

Ohya, saya juga udah ambil tes TORCH yang hasilnya negatif semua, alias bersih.

Nah, baru tahun 2015 ini hati mantap untuk operasi. Plus rasa nyeri datang bulan yang udah semakin menjadi. Setelah periksa sana-sini, nggak cukup second opinion, tapi third opinion, saya dengan dukungan Mas Nug memutuskan operasi. Alhamdulillah ketemu dr. Nurhadi Rahman, Sp.OG di RS JIH yang sabar banget mendengarkan cerita saya. Menjawab pertanyaan saya yang nggak ada habisnya. Enak diajak diskusi dan konsultasi.

Persiapan operasi dimulai satu bulan sebelumnya (akhir April 2015), saya diberi Visanne, pil hormonal untuk menghentikan sementara pertumbuhan jaringan-jaringan abnormal di organ reproduksi saya. Setiap pagi saya minum. Salah satu efek yang sering terjadi adalah tidak terjadinya menstruasi, tapi kalo saya sih tetep menstruasi tapi mundur 1 minggu.

Tibalah hari yang ditetapkan, Selasa 26 Mei 2015. Sempat gugup dan grogi ketika mau berangkat ke RS, pake berasa demam dan pusing segala. Pagi hari saya masuk ke RS untuk persiapan, yaitu tes darah, rekam jantung, dan foto rontgen thorax. Alhamdulillah hasil baik, jadi jadwal operasi nggak berubah. Karena operasi dijadwalkan pukul 20.00, sejak pukul 13.00 saya udah mulai puasa. Dikasih obat pencahar yang dimasukkan dari dubur sebanyak dua kali (pukul 15.00 dan 18.00).

Pukul 20.00 persiapan operasi dimulai. Dokter anestesi memberi bius lokal, disuntikkan di punggung. Setelah itu tubuh bagian bawah berasa tebel, masih kerasa kok kalo dipegang tapi nggak bisa digerakin. Jadi saya masih sadar tuh, ngeliat dokter dan perawat melakukan berbagai persiapan. Nah, pas dr. Adi akan segera memulai operasi, baru deh saya ditidurkan.

Operasi berlangsung sekitar 3 jam. Saat operasi ketahuan juga ternyata saya punya mioma 2 buah. Selama ini kalo USG ga keliatan. Sekalian diambil deh.

Jaringan abnormal yang berhasil diambil dari perut saya. Wadah paling atas adalah adenomiosis, wadah yang tengah dua bulatan kecil sebelah kiri adalah mioma, bulatan kecil kanan adalah kista coklat. Sedang 2 wadah di bawah adalah kista ovarium kanan kiri. (tinggi wadah +/- 5 cm)

Pukul 00.30 saya keluar dari ruang operasi. Hb saya sempat drop sehingga perlu transfusi darah sebanyak 2 kantong. Alhamdulillah nggak ada reaksi alergi saat transfusi, nyeri bekas operasi pun juga nggak terlalu saya rasakan. Paling pas batuk aja tuh, perut agak terasa nyeri. Pencernaan saya juga cepet pulih, sebelum keluar dari RS pun udah bisa pup dengan lancar. Proses recovery pasca operasi berjalan baik. Alhamdulillah.

Banyak doa dan perhatian datang dari keluarga dan teman, baik langsung maupun tidak langsung. Terima kasih ya. Bener-bener memberi semangat untuk tetap happy, santai dan tenang menjalani ini semua. Dokter dan perawat juga penuh perhatian, sukak! Terima kasih dr. Adi. 🙂

Jumat pagi, 29 Mei 2015 saya udah bisa pulang. Hasil laboratorium, surat pengantar, surat kontrol, obat-obatan diantar oleh petugas ke kamar. Selain itu, kemudahan juga saya dapat dari segi administrasi. Alhamdulillah asuransi kesehatannya kepake, semakin merasakan manfaat punya asuransi. Walaupun pengennya sehat terus ya, tapi tidak ada salahnya sedia payung sebelum hujan.

Satu lagi, untuk sementara saya libur dulu gowes selama kurang lebih 3 bulan. Huhuhu. Lagi terasa deh, belum-belum udah kangen gowes sana sini.

Ya, ini adalah bagian dari ikhtiar saya dan Mas Nugie. Tugas kami sebagai manusia adalah berusaha semaksimal mungkin, berdoa dan kemudian menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Semoga Allah angkat segala penyakit, beri kesembuhan, dan nggak kambuh lagi, nggak nyeri haid lagi. Aamiiin.

Doakan kami! 🙂

14 Comments

  1. Ya Allah, Mbak. Lama gak berkunjung kemari ternyata sudah banyak sekali yang terjadi. 😦

    Semoga lekas sembuh ya, Mbak. Dan mudah-mudahan dengan sudah dibersihkannya “kotoran-kotoran” ini, Mbak dan suami dapat segera diberi momongan. Amiin YRA. 🙂

    Like

  2. sabar mbk anna, karena aat diberi cobaan,pilihan kita cuma itu, tdk ada yang lain. ingat kan kisah seorang perempuan hitam yang sabar dengan penyakit ayannya, yang saat itu datang menemui Rasul meminta didoakan untuk disembuhkan, lalu Rasul memberi pilihan, didoakan atau bersabar? lalu Ia memilih bersabar namun minta didoakan agar tidak tersingkap pakaiannya saat kambuh ayan nya, dan kata Rasul, bersabarlah, karena allah menjanjinkan surga untukmu…

    Liked by 1 person

    1. ohya? berarti emang beda2 ya efeknya ke masing2 orang. Kalo di aku cuman mundurin jadwal mens aja. Mgkn karena cuman dosis sebulan kali ya.

      Like

Leave a comment