Siang tadi, bersama bapak dan saudara-saudari kandungnya, kami mengunjungi TPU Pracimalaya, Wirobrajan, Yogyakarta. Tempat di mana orangtua bapak atau eyang kakung dan putri dimakamkan. Selain eyang, ada juga makam bulik dan sepupu-sepupu saya, serta anggota keluarga besar lainnya.
Melihat makam eyang, hati saya berdesir, ada rasa rindu yang membuncah. Kangen ketika Eyang Kakung mendongeng ‘Kancil Nyolong Timun’, sebuah dongeng yang sudah ratusan kali saya dengar darinya, tapi tak pernah bosan meminta Eyang untuk mengulangnya. Kangen dengan galaknya Mbah Putri menyuruh saya makan. Rindu. *nulisnya sambil mewek nih
Melihat makam saudara sepupu yang seumuran dengan saya, mengingatkan bahwa tak harus menjadi tua untuk mati. Tak harus menjadi sakit untuk mati. Kematian adalah rahasia ilahi.
Melihat makam yang berjejer, terbayang di benak saya apa yang ada di dalamnya. Tubuh yang dulu dibanggakan karena keelokkannya, telah tak bersisa. Berteman sepi tanpa ada sanak saudara dan harta.
Saya menangis. Ya, karena takut. Saya takut mati. Saya takut berpisah dengan orang-orang yang saya cintai. Saya takut berpisah dengan hal-hal yang saya sukai. Betapa saya masih terikat dengan dunia. Astagfirullahaladzim.
Bekal saya belum cukup. Apakah saya telah cukup memuliakan kedua orang tua, menjadi istri yang baik bagi suami saya, menjadi pekerja yang amanah, membawa manfaat bagi orang-orang di sekitar saya?
Kullun nafsin dzaaiqotul maut. Tiap-tiap yang berjiwa merasakan mati.
Kematian adalah sebaik-baiknya nasihat.
Ap kbr mbk.. Lm g ngeblog
LikeLike
Halo mas.. Alhamdulillah baik.. Selamat buat dedek bayinya yaa.. 😍
LikeLike
Untuk mengingat kematian memang baik ke pemakaman.
LikeLike