Hari pertama di tahun yang baru, 1 Januari 2017. Postingan pertama di tahun ini berisikan kilas balik 2016. Semacam tradisi di blog ini, selalu ada postingan semacam kaleidoskop peristiwa setahun terakhir.
Ada susah ada senang, seperti halnya ada siang ada malam. Ga bisa dipisahin kayak dua sisi mata uang.
1. Kehilangan.

Tahun ini memiliki catatan penting bagi keluarga besar kami. Berpulangnya salah satu dari kami, yaitu keponakan saya, anak dari kakak sulung saya. Muhammad Nur Rizqi, telah berjuang dengan penuh semangat menjalani takdirnya melawan modulloblastoma (tumor otak) selama 1 tahun yaitu sekitar Agustus 2015 – Juli 2016.
Berjuang melalui rasa sakit dan serangkaian proses medis demi kesembuhan. Allah memberikan kesembuhan abadi, dengan memanggilnya pulang ketika Rizqi berusia 7 tahun 8 bulan. Sebuah tulisan saya posting untuk mengenang keponakan tersayang ada di sini.
Satu pelajaran penting yang saya dapat, bahwa setiap saat kita harus siap dengan kehilangan orang-orang tercinta, begitu juga sebaliknya. Bahwa mereka pun juga bisa kehilangan kita suatu saat nanti. Sedih ya, kalo membayangkan perpisahan itu. Namun kematian adalah sesuatu yang pasti, tidak bisa dihindari, tidak bisa ditunda, tidak bisa pula dipercepat.
Kematian adalah pemutus segala nikmat sekaligus sebaik-baiknya nasihat.
2. Diet Sosmed.
Tahun ini saya memulai sebuah diet, yaitu sedikit demi sedikit mengurangi aktivitas di media sosial. Dimulai dengan menghapus beberapa akun yang saya miliki, seperti path, twitter, instagram, linkedin, dan foursquare. Tapi masih mempertahankan facebook dan blog ini.
Saya menghabiskan banyak waktu untuk main sosmed. Ketika masih punya instagram, saya suka banget ngeliat toko-toko online. Hehe, belanja tiada henti. Ngeliat selebgram yang tampil keren dan cantik, trus kepengen juga beli ini-itu. Selain itu, saya suka mampir ke akun yang berisi hal-hal kurang bermanfaat, yaitu gosip yang membuat saya jadi ngepoin beberapa akun.
Kayaknya sih sepele yah, tapi emang sayanya yang kurang bisa kontrol waktu saat main sosmed. Sejam-dua jam terlewati tanpa melakukan hal yang bermanfaat.
Belum lagi dengan banyaknya perang opini tentang berbagai isu panas, terutama soal politik. Namun saya memilih diam karena sadar pengetahuan dan pemahaman saya masih cetek sebatas permukaan saja. Bukan berarti saya apatis dan tidak peduli, saya pun tetap memiliki keberpihakan yang cukup saya diskusikan secara offline dengan orang-orang di sekitar saya.
Pada akhirnya, saya semakin bersyukur memutuskan untuk diet sosmed. Mendingan posting foto-foto gowes aja deh. 🙂
3. Semangat gowes.

Tahun 2016 memberi banyak pengalaman baru dalam bersepeda. Mulai berani gowes nanjak, mengambil jarak yang jauhan, maupun mencoba jenis sepeda baru selain sepeda lipat.
Di blog ini saya sempat bikin postingan tentang gowes, yaitu ke Kali Kuning Plunyon, ke Borobudur PP, gowes Jogja-Kebumen, serta ke Kaliurang dan sekitarnya.
Cuman, ya gitu. Saya belum bisa recovery dengan cepat. Sehari setelah gowes yang lumayan berat (untuk ukuran saya), saya lebih banyak istirahat aja di rumah. Jadi, belum cocok ikutan event touring lebih dari satu hari. Bisa tepar. Hehe.
Masih harus belajar untuk menjaga stamina, dengan konsisten cukup istirahat, makan minum dengan gizi berimbang.
Sebenernya apa sih yang saya cari di sini?
Nggak, saya nggak cari apa-apa di gowes. Justru saya menemukan sesuatu, yaitu apa yang saya suka. Biar badan capek, hati senang dan lebih fresh di pikiran. Sekaligus jadi quality time sama suami, Mas Nug yang juga suka gowes. Trus bisa tidur nyenyak dan makan dengan enak. Saya nggak pengen apa-apa selain sehat dan pengalaman baru.
Itu aja. 🙂
4. Satu dekade pengabdian.

Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya 1 Juni 2006, saya memulai sebuah babak baru kehidupan, yaitu bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Walaupun tidak pernah bercita-cita jadi PNS, sungguh saya bersyukur Allah kasih jalan ini. Di pekerjaan ini pun, saya belajar banyak hal. Saya yang ga punya background ilmu ekonomi akuntansi, ternyata bisa juga kerja ngurusin keuangan kantor. Trus sesekali tugas acara, dari bawa baki, ngurusin konsumsi sampai ngemsi, hayuk aja.
Setelah 10 tahun bekerja, saat ini saya masih berada di posisi yang sama. Jadi staf di instansi yang sama pula. Geser-geser dikit di ketugasan aja. Gak bosen? Nggak, biasa aja.
Kalo jenuh melanda, saya rasa itu lumrah dan normal. Makanya, penting banget untuk punya hobi. Seperti yang saya bilang sebelumnya, abis gowes hati senang pikiran fresh. Ketika balik ke rutinitas kerja, mood udah bagus.
Gak kepikiran soal karir? Hm, belum berkesempatan, belum berminat, go with the flow. Santai kayak di pantai. Nggak takut stagnan? Nggak juga. Nanti kalo terlalu sibuk, ga sempat gowes. #eh 😀
Saya dan Mas Nug juga pernah berdiskusi soal ini, kami sepakat biarlah suami yang memiliki peran utama di ekonomi keluarga. Namun, sebagai seorang karyawan saya tetap berkewajiban untuk bekerja dengan baik, amanah dan bertanggung jawab.
Jalani, nikmati, dan syukuri. Alhamdulillah. 🙂
***
Tahun 2016 telah usai. Kalo pun ada harapan yang belum tercapai, tidak mengapa. Saya percaya itu baik untuk saya.
Tahun 2017 telah hadir. Selalu ada semangat dan harapan baru tiap kali tahun berganti. Seperti mendapat kesempatan baru untuk memperbaiki yang telah lalu.
Tapi jangan lupa, di tahun yang baru usia akan bertambah, namun umur makin berkurang. Perbaikan kualitas ibadah maupun muamalah kepada sesama juga harus dilakukan. Dunia ini semacam permainan dan tempat persinggahan semata. *ngomong sambil ngaca
Selamat datang 2017!