
Ini adalah kucing yang sering datang ke rumah, yang kami beri nama Miu. Dia suka mengeong dengan suara kecil dan terdengar ‘miu, miu, miu’. Padahal dia kucing jantan loh.
Karena seringnya Miu di rumah, saya dan Mas Nug jadi terbiasa dengan keberadaannya. Selain makan, Miu juga sering main dan bobok di rumah. Semua bagian rumah udah dia jelajahi, tapi kami memang melarang Miu masuk ke kamar tidur. Kalo di ruang tamu atau dapur masih gapapa.
Sebelumnya, saya termasuk orang yang tidak terlalu suka dengan kucing. Takut, malah. Bahkan saat kecil saya sering ditakut-takuti oleh sepupu saya dengan kucing. Tapi, ternyata Miu berhasil mencuri hati saya. Saya suka gemesin dan godain dia. Miu juga ga marah kalo saya usilin.
Kalo Mas Nug sih emang penggemar kucing dari dulu. Dulu ketika kami tinggal di rumah mertua, Mas Nug punya peliharaan kucing jantan yang dinamai Pirlo. Namun setelah kami punya rumah sendiri, saya-nya yang nggak pengen ada hewan peliharaan.
Makanya Mas Nug suka banget ketika ada kucing. Mulai dari mandiin, beli semprotan disinfektan, peralatan makan, sampai masak makanan kucing. Iya, Mas Nug masak buat cipus, yaitu campuran tempe dan ikan pindang yang dikukus sebelumnya.
Beberapa waktu yang lalu, Mas Nug membawa Miu ke dokter hewan yang terletak di Jalan Gambiran Yogyakarta, yaitu Klinik Kayu Manis. Kata dokter hewan, Miu bukanlah kucing Jawa murni tapi campuran, kalo dilihat dari bulunya yang cukup tebal. Setelah dilakukan pemeriksaan, Miu dinyatakan sehat, tidak ada kutu maupun jamur. Hanya saja, bulunya sering rontok sehingga perlu diberi vitamin. Selain itu, Miu diberi obat cacing sebagai standar pelayanan kesehatan hewan peliharaan.
Ohya, belum lama ini ada 3x kejadian karpet masjid di-eok-in kucing. Belum tahu oleh kucing yang mana, karena selain kucing yang dipelihara oleh warga perumahan, ada juga kucing-kucing lain dari luar. Terjadilah diskusi panjang di grup ibu-ibu perumahan. Tawaran solusi bermunculan, mulai dari pembuangan, sterilisasi, pemasangan kalung identitas, pengandangan hewan, sampai pembuatan pintu dan jendela masjid yang lebih rapat.
Saya pribadi mendukung pada usulan sterilisasi untuk menekan angka populasi kucing, pemasangan kalung identitas kucing, dan pembuatan jendela serta pintu masjid yang lebih rapat.
Singkat cerita hari ini, Miu datang ke rumah dengan kalung di lehernya. Entah kenapa saya dan Mas Nug jadi melow, menyadari bahwa Miu resmi milik orang lain yaitu tetangga kami. Tapi di sisi lain, ada kelegaan bahwa Miu diakui keberadaanya dan dipelihara dengan baik. Alhamdulillah. 🙂
PS : baca juga tulisan saya sebelumnya, Cerita Hari Ini : Kucing Tetangga bagian pertama.
Putri saya menyuka kucing. Di rumah ada seekor kucing yang dia pelihara sejak bayi, dan sekarang sudah hampir enam tahun bersama kami. Karena sudah sebegitu lama, ikatan batinnya jadi kuat. Si kucing pun begitu setia dan seolah dapat berkomunikasi dengan kami. Sebagai contoh, ketika dia lapar, dia akan menggelayut ke kaki salah seorang dari kami yang dia lihat, kemudian berlari ke kotak tempat makanannya. Begitu saja kami sudah paham bahwa dia minta makan.
Binatang jika diperlakukan dengan baik, akan bersikap jauh lebih baik kepada manusia ya Mbak Anna.. 🙂
LikeLiked by 1 person
6 tahun bukan waktu yang singkat Uda, untuk manusia terlebih lagi untuk kucing. Pantes aja udah ada bahasa kalbu.. Hehe. Kalo saya kadang masih bingung, dia mau minta makan atau minta main. 😂
LikeLike