Tahun sudah berganti, pandemi Covid-19 belum juga pergi. Sejak tulisan saya berjudul Refleksi di Masa Pandemi, ternyata situasi belum berubah. Tulisan ini saya buat saat PPKM (Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat baru saja diperpanjang. PPKM Darurat berlaku 3 – 20 Juli 2021 dan diperpanjang hingga 25 Juli 2021.
Berikut beberapa hal penting yang saya catat :
1. COVID sungguh nyata.
Betapa covid semakin mendekat, yang tadinya terasa jauh kini semakin mendekat ke lingkaran cukup dekat dengan hidup saya. Tetangga, teman seruangan di tempat kerja, sepupu, teman lama, teman di masa sekarang dan kerabat lainnya.
Berita duka semakin sering terdengar, di Grup WA, media sosial, surat dinas di kantor, pengumuman di masjid-masjid. Berita duka datang silih berganti dari yang mereka yang tidak kita kenal, hingga ke mereka yang kita kenal secara dekat.
Mungkin masih ada yang menganggap bawah covid itu konspirasi, permainan bisnis vaksin atau berbagai teori lain. Saya sih nggak bakalan nyampe ya kalo mikirin itu.
2. Perbanyak Rasa Syukur
Saya sungguh bersyukur hingga detik ini, saya diberikan kesehatan. Masih bisa beraktivitas seperti biasa walaupun tetap terbatas. Selama PPKM Darurat ini lebih sering kerja di rumah. Olahraga sepedaan masih tetep lanjut dengan intensitas rendah sampai ke sedang.
Selain soal kesehatan, saya pun bersyukur secara ekonomi tidak terdampak. Alhamdulillah gaji masih rutin masuk ke rekening nggak pake terlambat. Nggak kebayang kan, gimana mereka yang bekerja hari ini untuk makan hari ini. Situasi pembatasan seperti ini, membuat mereka tidak bisa bekerja seperti biasanya. Otomatis pendapatannya pun menurun atau bahkan nggak ada sama sekali.
3. Masih Banyak Orang Baik
Masa pandemi ini adalah ladang amal buat mereka yang masih dititipi kecukupan. Cukup harta, cukup waktu, cukup kesehatan dan berbagai kecukupan lainnya. Kalo di perumahan yang saya tinggali, mengadakan cantelan yang diinisiasi oleh Pak RT dan keluarganya. Sejak awal pandemi hingga saat ini kegiatan cantelan masih berlangsung.
Kepedulian lain adalah membuat dapur umum untuk keluarga di perumahan yang sedang menjalani isoman. Warga perumahan membuat donasi khusus terkait dengan covid. Donasi ini digunakan untuk menyediakan makan keluarga yang isoman.
Sungguh saya bersyukur dikelilingi orang-orang baik. Menjadi tauladan bagi diri ini yang sering menghitung kebaikan sendiri, berharap ucapan terima kasih, berharap balasan dari orang lain. Padahal, kita (saya khususnya) harus bersyukur tidak berada di posisi ‘membutuhkan pertolongan’, tapi berada di posisi ‘bisa menolong’. Jadi, selama kita masih bisa menolong, lakukan sebaik mungkin.
4. Banyakin Bersabar
Walaupun saya nggak terdampak secara langsung karena covid, ujian kesabaran gegara covid tetap mampir juga. Contoh paling mudah ya, dengan adanya PPKM ada penutupan jalan di mana-mana. Mau ke tempat yang deket aja harus muter ke mana-mana. Kemudian timeline kerjaan jadi kacau, karena adanya teman yang sakit tentunya menghambat pekerjaan. Sebagian tugas pun dilimpahkan ke yang sehat.
Tapi balik lagi ke poin sebelumnya ya. Mending di posisi sehat dan bisa membantu daripada di posisi sakit dan harus dibantu. Jadi alhamdulillah tambah pekerjaan, insya Allah saya rela. 🙂
Ujian sabar yang saya hadapi nggak seberapa dengan yang dihadapi dengan orang lain. Nggak pantes kalo saya mengeluh. Semoga Allah kuatkan semua makhluknya menjalani hidup ini.
5. Belajar Ikhlas
Nah, ini pelajaran yang susahnya minta ampun. Saya merasa masih sulit untuk ikhlas dalam berbuat baik untuk orang lain. Masih sering pamrih, berharap ucapan terima kasih dan perhatian orang lain. Beneran deh.
Padahal yang namanya hati nggak ikhlas, bisa mengurangi nilai pahala kebaikan kita.
Katanya ikhlas itu seperti halnya kita buang air kecil dan besar. Dikeluarin, trus udah deh nggak diinget-inget lagi.
Semo