Hi Ladies (and gentlemen), siapa yang suka nonton Oprah Winfrey Show?
Sepertinya banyak yang ngacung deh.. banyak yang suka. Ya.. pastinya, karena talkshow ini di setiap episode-nya selalu ada nilai-nilai atau pelajaran yang bisa kita ambil. Lebih jelasnya, silahkan baca aja postingan mbak Erry yang satu ini.
Lah, kok malah nyuruh baca di postingan Mbak Erry, trus saya mau nulis apa dong? π Ya udah.. baca aja! π
Oprah Winfrey Show udah berjalan selama 25 tahun dan season terakhir tayang Mei 2011 lalu. Alias udah finish, selesai…Β Padahal, rating acara itu masih sangat bagus. Ibarat kata masih di atas angin.. populer dan sukses. Tapi justru berhenti.
Saya sebagai penonton, yang jelas-jelas berada di belahan dunia lain.. jauh dari sana.. sempat berpikir, kenapa juga berhenti.. padahal kan masih bagus.. apa gak sayang tuh Oprah, meninggalkan ‘tahta’ kesuksesan dan kepopulerannya, ‘tahta’ di mana dia bisa mempengaruhi dan membentuk opini publik? She’s got the power.. the power of media!
Tapi, setelah dipikir2.. ternyata keputusan dari Oprah untuk berhenti adalah tepat.
How come?
Kebanyakan orang, ketika berada di puncak kesuksesan dan kekuasaan akan memilih untuk berlama-lama di sana. Enggak mau turun dari ‘tahta’-nya, tidak ada kata puas. Dan ketika berada di puncak terlalu lama, seringkali justru berakhir dengan kegagalan.
Walaupun pada akhirnya, mereka turun dengan sendirinya. Tapi karena udah habis masanya.. tergeser, tidak diinginkan lagi.. Turun bukan karena keinginan sendiri, tapi lengser oleh keadaan yang memaksa mereka untuk turun.
Karena bagaimana pun juga, ada orang lain yang tengah mendaki untuk menuju puncak tersebut. Di puncak sana, nggak cukup luas untuk menampung banyak orang. Ada generasi baru yang secara alami akan menggantikan generasi sebelumnya.
Seperti halnya Oprah, keputusan dia untuk menghentikan Oprah Winfrey Show adalah tepat. Dia dengan anggun dan terhormat turun dari ‘tahta’ puncak rating. Dengan suka rela menyerahkan ‘mahkota’ kesuksesannya kepada generasi setelahnya. Dia turun dengan kesuksesan yang masih digenggam.. bukan direbut.. bukan digeser.
Oprah mengibaratkan talkshow itu sebagai sebuah pesawat yang sedang terbang. Dan sudah tiba masanya pesawat itu untuk mendarat. Memberikan kesempatan kepada pesawat lain untuk take off dan terbang..
Ya, harapan saya.. pemimpin-pemimpin di negeri ini juga punya ‘rasa puas’ akan kekuasaan. Rela berhenti di saat yang tepat.. tidak memperpanjang masa jabatan hanya demi kekuasaan, tidak menjadikan jabatan publik sebagai warisan untuk istri, anak, atau kerabatnya…
Ya, itu harapan saya.. π
pernah nyari buku gara2 diulas di Oprah, judulnya Middlesex
akhirnya ketemu yang edisi Indonesia
LikeLike
Yang jelas Oprah memang hebat..
Acaranya banyak di tunggu,..
LikeLike
berhenti tayangan talkshownya, it’s OK. tapi kalau lantas berhenti beraktualisasi diri, alangkah sayangnya.
memberi kesempatan pada yang muda itu.. entahlah, ini cocoknya untuk kasus apa. mungkin untuk acara tipi, atau kepemimpinan.
tapi ada hal lain yang menurutku, jangan pernah berhenti. jangan pernah sudah merasa di puncak. bahkan jika sudah benar-benar berada di puncak, siap menerima bahwa satu saat mesti turun. misalnya band-band dan musisi ‘lama’, yang sudah belasan bahkan puluhan tahun berkiprah, bagaimana mereka ‘berhenti’? aku lebih setuju mereka terus berkarya, tentu saja tanpa ambisi terus berada di puncak.
begitu juga penulis π
salam kenal, anna…
LikeLike
Pelajaran yang sangat dapat kita petik dari Oprah.
Sungguh, kemapanan kadang membuat orang merasa nyaman, meski akhirnya tak mengenal dinamika dan kekayaan jiwa yang lebih berharga.
LikeLike
yang pasti dia emang hebat ya mbak, entertainment sejatiiih.
LikeLike
Bukannya Oprah membuat stasiun televisi sendiri, sehingga dia menghentikan acaranya di stasiun lama. Karena bagaimana pun jika stasiun TV-nya sendiri, maka keuntungan dari acara tidak perlu dibagi, ini adalah strategi bisnis kalau saya lihat. Tapi saya tidak begitu tahu lanjutan ceritanya.
LikeLike
pemimpin negeri kita bisa tau diri dan punya rasa puas?
rasanya sih sangat diragukan… hahaha
LikeLike
Seandainya Pak Harto mau turun waktu pemilihan presiden tahun 1996, mungkin bangsa Indonesia punya pejalanan yang lebih baik.
Kalau di luar negeri, berhenti pada saat sedang ‘di atas’ memang sering terjadi. Serial TV Friends pun berhenti saat ratingnya tinggi.
LikeLike
Setiap orang harus tahu kapan waktu yang tepat untuk terus berjuang dan kemudian berhenti. Berhenti di saat yang tepat memang tak mudah karena ego manusia selalu merasa ingin lebih dan lebih…..
LikeLike
Ya, banyak orang lupa ketika berada di puncak kesuksesan dan enggan turun kalau tidak dipaksa, terutama di bidang politik pemerintahan. Hal ini membuat regenerasi menjadi terhambat, padahal banyak yang punya kemampuan lebih dan lebih baik dari sebelumnya.
LikeLike
kangen juga sama acaranya oprah, aku suka banget padahal loh
LikeLike
ada berbagai kiat mungkin ya Mbak Anna utk tetap menjaga kepopuleran sebuah acara
agar tetap dikenang sebagai acara terfavorit
salah satunya dgn turun ‘tahta’ sebelum tergeser oleh generasi baru ….
namun begitu, kita juga belum tau pasti, apakah Oprah memang lengser dgn elegant disaat masih dipuncak? atau justru sedang menyiapkan sebuah acara yang lebih ‘heboh’ lagi bagi dunia entetainment , who knows?? π
salam
LikeLike
Hmmm …
saya tidak tau background dibelakangnya …
apakah ada acara “lain” sebagai penggantinya …
namun saya rasa betul sekali … Oprah (atau tepatnya Oprah Winfrey show ) berhenti pada saat yang tepat …
akankah mereka (oprah + producer + creative line backup nya) akan keluar dengan konsep baru ? … yang lain ? … kita lihat saja
Salam saya
LikeLike
Then I understand mengapa OWS di stop …
semoga acara barunya juga tidak kalah menarik dengan sebelumnya …
And this is what I call … “Show Business”
Salam saya
LikeLike
yap betul sekali.. untuk memberikan kesan tetep baik kepada audiences adl berhenti sebelum kebosanan banyak melanda.. tetapi bagaimana jika seseorang tetap dibutuhkan untuk kebaikan orang lain.. apakah ia juga harus berhenti..???
LikeLike