Public Speaker is A Leader

Senin, 19 Desember 2016 saya berkesempatan ikutan seminar Public Speaking yang diadain sama salah satu instansi tempat saya bekerja. Pembicara yang memberikan materi adalah Lusy Laksita, seorang penyiar radio, TV presenter, MC, dan pemilik sekolah broadcasting. Beliau punya banyak pengalaman di dunia broadcasting sejak tahun 1987 hingga sekarang.

Nah, sebelum materi dari Mama Lusy terhapus dari memori saya, mending saya tulis di sini agar bisa saya baca-baca lagi dan siapa tahu bermanfaat buat kamu yang mampir ke sini. Ohya, tulisan ini juga berdasar kemampuan saya memahami materi ya, plus sedikit tambahan dari saya. 🙂

 

Public Speaking adalah seni berbicara di depan khalayak (di depan umum). Biasanya kita berpikir, bahwa audiens harus berjumlah banyak, puluhan, ratusan atau lebih. Padahal, berbicara di depan minimal 2 (dua) orang saja, sudah termasuk public speaking.

Disebut seni karena bukan ilmu pasti, namun menggunakan rasa.

1. Seni Penguasaan Khalayak

Yaitu dengan cara melakukan kontak mata secara merata. Salah satu tips yang disampaikan Mama Lusy adalah saat memasuki panggung, kita langsung melakukan eye contact dengan audiens. Ga boleh nunduk, supaya terbangun kepercayaan diri sebagai public speaker.

Mama Lusy juga bilang, kecenderungan pembicara adalah melakukan kontak mata hanya pada audiens yang berada di barisan yang penuh. Terkadang lupa dengan mereka yang duduk di kursi yang lebih sepi atau sedikit orang. Sehingga ada beberapa audiens yang tak cukup mendapat perhatian atau kurang mendapat kontak mata.

Tips lain agar bisa menguasai panggung dan audiens adalah berusaha mengenali venue dan audiens. Mengenali venue bermanfaat agar pembicara dapat merancang pergerakan yang akan dilakukan, misal naik panggung lewat sebelah mana, microphone di sebelah mana, dan sebagainya. Mengenali audiens, agar cara menyampaikan materi dapat disesuaikan. Berbicara dengan anak-anak tentu saja berbeda ketika berbicara dengan mahasiswa atau pegawai maupun ibu-ibu.

2. Seni Bahasa Tubuh

Selain bahasa verbal, seorang pembicara harus bisa mengontrol gerakan tubuh. Boleh bergerak tapi tidak boleh bergerak-gerak. Gerakan yang dilakukan adalah untuk ‘menggarisbawahi’ atau menguatkan materi atau kalimat yang diucapkan.

Sedangkan bergerak-gerak adalah gerakan berulang yang biasanya muncul karena grogi. Misalnya garuk-garuk, benerin baju yang sebenernya udah rapi, atau memainkan pulpen atau kabel. Pembicara harus mampu mengendalikan tubuhnya agar meminimalisir gerakan yang tidak perlu.

3. Seni Penyertaan Humor

Humor yang disampaikan tidak boleh SARA, menyinggung jabatan, pangkat, profesi dan fisik. Humor yang disampaikan secara tidak tepat, justru akan merusak suasana dan menghilangkan antusiasme audiens. Lagipula, tidak semua orang memiliki kemampuan menyampaikan humor dengan baik. 🙂

4. Seni Penyampaian Pikiran

Seorang pembicara yang baik adalah yang mampu meyampaikan pikirannya secara runtut dan sistematis sehingga mudah dipahami oleh audiens.

Tips agar berbicara secara runtut adalah menggunakan catatan yang sebaiknya ditulis menggunakan kertas. Hindari menggunakan HP, karena bisa terjadi beberapa kendala misal habis baterai, atau ada telpon masuk. Justru akan mengganggu konsentrasi pembicara maupun audiens.

5. Seni Penciptaan Situasi

Pembicara yang baik adalah yang mampu membuat situasi yang kondusif, sehingga audiens merasa nyaman mendengarkan ia berbicara. Caranya dengan berbicara yang jelas, mudah dipahami, runtut, dan menarik.

Ketika tidak berbicara jelas, audiens bisa jadi malah sibuk sendiri sehingga situasi menjadi tidak kondusif untuk pembicara maupun audiens.

6. Seni Percakapan

Walaupun saat menyampaikan materi terasa one way communication, sebenernya audiens juga merespon dengan gerakan tubuh. Misal, mengangguk-angguk, menggelengkan kepala atau mencatat materi. Respon-respon seperti ini harus bisa ditangkap oleh pembicara agar bisa memberikan penekanan pada poin tertentu yang dianggap penting.

7. Seni Mempengaruhi

Mempengaruhi audiens untuk memperhatikan pembicara dan mengambil poin-poin penting yang disampaikan. Mempengaruhi di sini bukan selalu dalam arti memaksa audiens untuk setuju, namun untuk memahami apa yang disampaikan pembicara.

 

Tiga hal penting dalam Public Speaking, yaitu :

1. Vocal : Kemampuan olah vokal yang baik. Yaitu memperhatikan intonasi atau irama, tinggi rendah suara, tempo atau cepat lambat dalam berbicara.

2. Verbal : Memiliki perbendaharaan / kosakata yang baik, banyak dan variatif.

3. Visual : Berpenampilan baik, gerakan tubuh yang terkontrol, dan kontak mata yang menyeluruh.

 

Public Speaker is a leader. Pembicara adalah pemimpin, misal MC yang mampu memberikan perintah kepada seorang Presiden sekalipun untuk duduk, berdiri atau memberikan sambutan.

Mereka yang berbicara di depan khayalak adalah yang memiliki kesempatan untuk menyampaikan pikiran. Namun memang ada beberapa hal yang membuat takut untuk berbicara di depan khayalak.

1. Tidak percaya diri.

Tidak percaya diri bisa timbul dari faktor internal/dalam diri. Merasa tidak cukup pintar dan menarik. Padahal kemampuan berbicara di depan umum tidak selalu berbanding lurus dengan kemampuan akademis dan kesempurnaan fisik.

2. Takut salah.

Kesalahan saat berbicara adalah hal yang wajar. Sedangkan kesalahan berulang dan yang dibiasakan -lah, yang tidak wajar. Apalagi menyengaja untuk salah, yaitu dengan tidak mempersiapkan diri.

3. Grogi.

Perasaan ini biasanya muncul dari faktor eksternal. Misal, melihat jumlah audiens yang besar, melihat tokoh yang hadir, atau lokasi yang belum familiar. Cara mengatas grogi adalah dengan hadir ke lokasi acara tidak mepet dengan waktu tampil. Sehingga kita sebagai pembicara memiliki waktu untuk mengenali audiens serta medan (panggung, sound system, etc).

4. Merasa tidak siap.

Kata Mama Lusy, kalo suatu saat kita diminta berbicara di depan secara dadakan, jangan mau! Mintalah waktu beberapa saat untuk persiapan. Yaitu mempersiapkan diri untuk membuat catatan-catatan tentang apa yang mau disampaikan dan mengenali audiens serta lokasi.

 

Seorang public speaker yang baik, memiliki beberapa syarat wajib, yaitu :

1. Dapat dimengerti :

  • Berbicara dengan menguasai topik.
  • Berbicara dengan jelas.
  • Berbicara dengan tempo yang tepat. Saat menyampaikan poin yang penting/hal yang difokuskan, tempo dilambatkan.
  • Berbicara dengan volume yang tepat, yaitu dengan cara sound check atau microphone test terlebih dahulu.
  • Memiliki kemampuan berbahasa yang cakap/terampil. Tidak hanya berbicara tapi bertutur (runtut dan sitematis), berucap (jelas dan benar pengucapannya), dan berujar (bermakna).

2. Menarik perhatian :

  • Berbicara dengan antusias.
  • Menggunakan ekspresi yang tepat, yaitu menyesuaikan dengan hal yang disampaikan. Misal, ekspresi menjadi pembaca doa, tentu berbeda saat menjadi MC acara hiburan.
  • Kontrol emosi/perasaan. Kondisi hati seringkali mempengaruhi cara seseorang berbicara di depan khayalak. Sehingga terkadang pilihan kata, ekspresi, dan intonasi menjadi tidak tepat, tidak sesuai dengan materi.
  • Kontak mata terjaga dan merata. Kontak mata dimaksudkan agar audiens merasa diperhatikan.
  • Pemilihan topik yang sesuai dengan audiens.

3. Pembawaan yang tepat :

  • Berbicara dengan percaya diri.
  • Berbicara dengan rileks, tidak dibuat-buat.
  • Mengolah suara dengan tepat.
  • Berbicara dengan etis, menyesuaikan dengan tujuan acara dan audiens.

 

Sebagai penutup, berikut adalah beberapa tips untuk public speaker :

  • melakukan berbagai persiapan, dimulai dari pemahaman terhadap acara yang akan dihadiri.
  • menyiapkan naskah atau catatan.
  • adaptasi terhadap lingkungan (audiens dan lokasi), dengan datang beberapa saat sebelum acara mulai.
  • kontak mata secara merata kepada audiens.
  • jangan merasa puas, selalu evaluasi diri dan meningkatkan kemampuan dengan berlatih (vokal, pernafasan dan praktek) serta belajar dari public speaker lain.
  • rajin membaca dan belajar bahasa asing untuk menambah wawasan dan kosakata
  • belajar menulis untuk membiasakan diri menyampaikan sesuatu dengan runtut dan sistematis.

 

Saat bertugas menjadi MC pada acara Launching E-Warong oleh Menteri Sosial RI, Agustus 2016.

Sedikit berbagi cerita, saya berdinas di Bagian Protokol Kota Yogyakarta sejak 2006 hingga sekarang, mempunyai beberapa pengalaman sebagai MC di berbagai acara. Alhamdulillah pernah berkesempatan menjadi MC acara yang dihadiri oleh pejabat penting dari Walikota, Gubernur, maupun RI 1. Namun, pengalaman tersebut bukan jaminan saya selalu memiliki performa yang baik. Masih juga grogi pada saat tertentu dan pernah kacau saat tampil. Jadi, persiapan sebelum bertugas dan belajar untuk menambah kompetensi diri harus selalu dilakukan. 

Salah satunya dengan mengikuti sesi Public Speaking dari mereka yang lebih ahli dan berpengalaman. Never stop learning! 

 

PS. Cover foto saya ambil dari www.theodysseyonline.com.

Leave a comment