Covergirl

Pagi itu sengaja aku bangun lebih pagi. Bahkan jam 6 pagi aku udah sampe di lokasi. Rupanya kedatanganku pun udah ditunggu seorang lelaki kekar di sudut tenda besar. Tangannya telah siap dengan senjata pamungkas, seperangkat alat make up.

Takut-takut aku mendekat. Kusapa lelaki itu dengan suara yang sengaja aku buat lebih ceria, “Hai, saya Diana, yang akan ikut photo shoot pagi ini.”

“Ya sudah, cepat duduk.” jawab dia singkat, sambil menunjuk dengan gemulai ke sebuah kursi tinggi yang di depannya ada sebuah cermin besar.

Dengan cekatan lelaki kekar itu menyulapku menjadi orang yang tidak ku kenali lagi. Ya, ini adalah pemotretan pertamaku untuk sampul majalah wanita terkenal. Sebuah pekerjaan yang lama aku idam-idamkan. Rambutku yang biasa aku kuncir ekor kuda, kini tertata dengan dahsyatnya. Tertata? Nggak juga sih, berantakan malah sebenernya. Tapi, ya sudahlah.. aku tidak berani membantah lelaki kekar itu.

Mataku yang sipit, nampak lebih besar dari biasanya. Pipi tembemku pun terlihat lebih tirus. Hm, tersenyum dalam hati, aku terus memandangi orang di dalam cermin.

“Okay cyin, make up, hair do… check! Yey udah cantik. Wardrobe di sebelah sana ya..” lelaki kekar itu mengagetiku. Dengan tergagap, aku bilang terimakasih dan segera menuju sudut lain dari tenda besar itu. Selintas aku melihat ke set, tempat di mana pemotretan akan berlangsung. Rupanya pemotretan pagi ini betul-betul khusus buat aku. Tidak kulihat model lain selain aku. Hatiku semakin berdegup riang.

Yap, kini aku betul-betul sudah siap. Gaun mini cocktail milik disainer kenamaan telah aku kenakan. Sepasang pump shoes telah menambah 10 cm tinggi badanku. Yeay! Aku cantik! Seruku dalam hati. Seorang lelaki ganteng mendatangiku, memintaku duduk di sebuah kursi yang dekat dengan set pemotretan, “kamu tunggu di sini ya, fotografernya lagi sarapan sebentar.”

Sambil menunggu, rupanya kantuk yang aku kira telah lenyap, datang lagi. Mataku kembali terkatup.

Tiba-tiba, terdengar pengumuman, “urutan selanjutnya, saudari Diana Fairuzia… segera masuk ke ruangan pemotretan!” suara kencang melalui pengeras suara itu mengagetkanku. Aku sempat lupa di mana aku berada, tetapi untungnya ada tulisan besar di hadapanku.

RUANG PEMOTRETAN E-KTP.

Arrrgghhhh!!

PS. Lagi iseng-iseng bikin Flash Fiction. :mrgreen:

11 Comments

  1. Aaaarrrrghhh… ikutan sebel ternyata fiksi hehehe… sudah terlarut sama jalan ceritanya ei…
    bisa dilanjut buat cerpen ato novel mba 🙂

    salam kenal yaa 🙂

    Like

  2. Hihihihi…kalo tau pemotretan KTP mah nggak perlu repot-repot pake wardrobe dari designer kenamaan ya An, nggak kelihatan ini, cuman muka doang yang difotonya…
    😀
    *nyaris terkecoh*

    Like

  3. Diana: “Kapan jadinya, Mas?”

    Fotografer: “Tunggu saja sampai batas waktu yang tak ditentukan”

    Huahahaha…. 😀
    Btw, emang kapan sih e-ktp itu jadinya? Perasaan saya sudah difoto berbulan-bulan yang lalu, hehe..

    Like

  4. aaaggghhh ikutan keseell ternyata cuman mimpi pas nunggu foto ektp.. hehe beneran deh idenya bagus nih mbak Anna 😀

    Like

Leave a comment