Cerita Hari Ini : Masuk IGD

Semalem, Jumat 2 Desember 2016 saya mengantar mas Nug ke IGD Rumah Sakit Panti Rapih. Sejak pagi dia muntah dan diare beberapa kali. Dugaan sementara karena keracunan makanan, yaitu tempe mendoan yang kami beli di sebuah supermarket. Padahal tanggal kadaluarsa masih beberapa hari lagi, kondisi tempe dan tepung bumbu masih bagus, dan kami goreng dengan minyak yang baru. 

Malam itu, IGD cukup ramai pasien dengan kegawatdaruratannya masing-masing. Kamar-kamar observasi yang disekat dengan korden telah terisi. Seorang dokter jaga terlihat sibuk dibantu beberapa perawat. Mas Nug diminta tiduran di bed yang berada di lorong IGD. Saya mengurus administrasinya. 

Jujur, saya rada gagap soal mengurus administrasi rumah sakit. Padahal udah beberapa kali jadi pasien rumah sakit. Mas Nug-lah yang biasa ngurusin administrasi, obat, dan sebagainya. 

Semalam, posisi kami bertukar tempat. Secara ya, mas Nug itu jarang banget sakit. Alhamdulillah. Jadi saya jarang berurusan dengan beginian. Makanya, ini perlu saya catat sebagai pengingat. Walaupun saya gak pengen orang-orang yang saya cintai jatuh sakit. 

  1. Saat pasien masuk IGD RS Panti Rapih, petugas administrasi akan mendaftarkan dan memberi nomer antrian sekaligus gelang identitas untuk pasien. 
  2. Nomer antrian kemudian dibawa ke Kassa Pusat yang mengurus asuransi. Kami berdua menggunakan asuransi inHealth. Oleh petugas Kassa Pusat saya diberi berkas asuransi yang sudah diisikan oleh petugas. 
  3. Berkas dari Kassa Pusat dibawa lagi ke perawat IGD. 
  4. Setelah pasien diberi obat untuk mengatasi keluhan dan dinyatakan cukup dengan rawat jalan, Dokter Jaga IGD memberikan resep yang oleh petugas IGD dijadikan satu dengan berkas sebelumnya dalam map hijau (pasien IGD) atau kuning (pasien poli). 
  5. Resep dibawa ke loket pengambilan obat. Trus nunggu deh, karena pake asuransi cukup antri ambil obat tanpa membayar. Selesai dan pulang. 

Overall, pelayanan RS ini memuaskan. Cepat secara administrasi, maupun pelayanan medisnya. 

Alhamdulillah, hari berikutnya adalah Sabtu yang merupakan hari libur buat mas Nug jadi ga perlu surat istirahat yang sempat ditawarkan oleh Dokter Jaga. Tuh kan, dokternya baik banget. Entah itu emang udah SOP atau bukan, menawarkan surat istirahat untuk pasien itu penting. Karena kadang pasien atau yang nganter bisa lupa minta. 

Kebetulan Sabtu pagi ini, 3 Desember 2016 hujan turun cukup deras dan lama, jadi udah suratan takdir kami berdua nggak gowes. Mas Nug perlu istirahat dan saya menemani serta merawatnya. 

Mungkin cerita hari ini tidak terlalu istimewa untuk orang lain, tapi istimewa untuk kami berdua. Saling ada saat yang lain membutuhkan adalah hal yang sangat berharga. Selain itu juga membuat kami bersyukur akan beberapa hal, yaitu terjangkaunya fasilitas kesehatan, ada asuransi, ada kendaraan plus saya bisa nyetir. Jadi ga ngrepotin tetangga. 

Semoga mas Nug segera sehat dan bisa beraktivitas kembali seperti biasa. Jaga kesehatan dan jangan lupa bersyukur! 

Leave a comment