Break The Limit : Gowes Uphill ke Kalikuning

Hai!

Postingan pertama di tahun 2016. Januari udah mau abis, baru deh bikin postingan. Hehe.

Bagaimana bulan pertama di tahun baru ini, teman? Semoga selalu sehat, bahagia, penuh berkah, dan tetap asik!

Nah, ngomongin yang asik-asik.. Ahad, 24 Januari 2016 lalu, saya juga mendapat pengalaman baru yang asiknya kebangetan. Yaitu gowes uphill ke Kalikuning, Desa Plunyon, Sleman. Sebuah desa yang berada di lereng Gunung Merapi, yang memiliki tinggi kurang lebih 800 meter di atas permukaan air laut.

Ya, buat yang udah biasa gowes uphill atau menanjak, bisa jadi ini adalah hal yang nggak istimewa. Tapi buat saya, spesial banget, karena ini adalah pengalaman pertama.

Pukul 05.45 pagi saya dan Mas Nug berangkat dari rumah. Awalnya cuman pengen nguntapke/melepas teman-teman di titik kumpul Bunderan UGM. Apadaya rombongan udah berangkat duluan. Ragu-ragu muncul ketika mas Nug ngajakin saya untuk menyusul rombongan. Kuat nggak ya? Tapi kalo nggak dicoba, nggak bakal tau batas atau limit kemampuan kita.

Saat itu saya menggunakan sepeda lipat Tern seri Link D16 (depan 2 dan belakang 8 speed). Pelan-pelan saya mengayuh, kalo merasa capek saya berhenti mampir ke Ind*maret. Beli jajan dan mengisi persediaan air sekaligus istirahat.

Titik kumpul yang kedua adalah Warung Ijo, Pakem atau Jl. Kaliurang km 17. Sesampainya di sana, udah banyak goweser yang datang. Bisa sampai ke warung ini, adalah di luar ekspektasi saya. Di Warung Ijo, biasanya para goweser beristirahat untuk melanjutkan perjalanan naik atau kembali turun. Warung ini berjualan makanan kecil saja, bukan meal atau makan besar.

Setelah beristirahat sejenak, rombongan segera gowes ke Kalikuning, Plunyon. Saya pun turut serta, walaupun dalam hati menanamkan rasa tidak boleh memaksakan diri. Jadi kalo fisik udah ga mampu, harus balik kanan. Bagaimana pun juga, hanya kita sendiri yang tau kondisi dan kemampuan kita.

Awalnya masih bisa bareng-bareng sama goweser lain, lama-lama mereka melaju di depan. Sedangkan saya pun makin melambat, sedikit-sedikit berhenti buat istirahat minum. Untungnya ada Mas Nug yang setia menemani dan memompa semangat, sekaligus semacam coach yang memberi arahan speed shifting. Kapan saya harus pindah gigi saat melibas tanjakan.

Alhamdulillah sampai juga di Kalikuning, Desa Plunyon. Sebuah sungai yang dilalui lahar dingin dan awan panas (wedhus gembel) saat erupsi Gunung Merapi, 2010 lalu. Saya dan Mas Nug jadi yang terakhir dari rombongan. Bahkan ketika saya sampai, sudah ada yang turun. Hehe. Tapi gapapa deh, biar pelan asal sampai.

Pemandangan Kalikuning luar biasa indah. Subhanallah. Segarnya air pegunung yang jernih mengalir di sungai, tak mampu ditolak para goweser. Banyak yang nyemplung buat mandi. Saya yang ga bawa baju ganti cuman keceh, buka sepatu, cuci muka.

Setelah puas foto-foto sekalian istirahat, saya dan Mas Nug pulang ke rumah. Pukul 13.30 baru sampai rumah. Overall time gowes selama kurang lebih 6 jam 45 menit. Terdiri dari 4,5 jam gowes dan 2 jam berhenti buat istirahat plus foto-foto.

Thank you hubbiby for being my number one supporter in every (literally) up and down. 🙂

3 Comments

Leave a comment