Cerita Hari Ini : Kucing Tetangga 

Beberapa bulan terakhir, rumah kami selalu kedatangan 3 (tiga) ekor kucing yang katanya milik tetangga. Saya yang tidak terbiasa dengan kucing, cukup terganggu dengan kehadiran mereka. Apalagi kalo udah pup di halaman, duh baunya semerbak tidak mewangi. Tiap hari selalu ada pekerjaan tambahan membersihkan pup si kucing.

Mas Nug, yang pernah punya kucing sepertinya tidak terlalu terganggu dengan kucing-kucing itu. Malah menurut dia, kucing pup di halaman rumah karena sudah tidak punya tempat lagi untuk pup. Sebagian besar tempat telah dibangun rumah, pekarangan ditutup dengan konblok. Masih kata mas Nug, halaman rumah kita masih ada tanah terbukanya walaupun se-uprit itu, diikhlaskan saja kalo di-pup-in kucing. Tinggal ditimbun pake tanah, beres. Baiklah kalo begitu.

Menghadapi kucing-kucing itu, saya cenderung cuek. Kalo ada sisa makanan ya saya kasih, kalo nggak ada ya sudah. Biarkan mereka menjadi kucing yang sebenarnya, mengejar, menangkap, dan makan tikus.

Lama kelamaan, saya sering nggak tega kalo nggak kasih makan kucing-kucing itu. Saya belikan makanan khusus kucing di supermarket beserta tempat makannya. Duh, berasa miara kucing, nih.

Cipus masuk rumah lewat jendela. 

Salah satu dari tiga kucing yang rajin absen ke rumah adalah betina, lagi hamil pulak. Haduh. Sebelumnya, kucing betina ini pernah punya anak 3 ekor, suka bobok di dalam kap mesin mobil, masuk dari bawah. Ga cuman mobil saya, tapi juga mobil tetangga sebelah. Entah berada di mana anak-anak kucing itu sekarang.

Rencananya kalo si kucing hamil itu udah lairan, mau saya bawa ke dokter hewan untuk disteril. Biar gak hamil lagi dan beranak pinak.

Pengennya sih kucing-kucing itu nggak lagi di rumah, tapi kalo mau mindahin mereka, pindah ke mana? Berharap ada penampungan homeless cats kayak di luar negeri itu, loh.

Semoga perlakuan kami terhadap kucing-kucing itu diterima Allah sebagai bentuk ibadah, kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup.

Update (1 Januari 2017) : 

Si mpuss udah melahirkan pertengahan Desember 2016 lalu, tapi nggak tahu di mana. Rencana sterilisasi masih ditunda, harus menunggu 2-3 bulan karena masih menyusui. 

Mas Nug dan saya sedang berpikir ulang tentang sterilisasi si mpuss, mengingat perawatan pasca bedah juga tidak mudah. Seharusnya si pemilik mpuss lah yang memiliki kewajiban untuk mensteril. 

Sementara, salah satu kucing yang sering kami panggil Miu, udah dibawa ke dokter untuk cek kesehatan dan diberi obat cacing serta vitamin agar bulu nggak rontok). Miu dinyatakan sehat. 

PS : Baca juga tulisan Cerita Hari Ini, Kucing Tetangga bagian kedua

2 Comments

  1. Haha hebat ya kucing. Hewan ajaib. Kakak yang tadinya nggak suka berubah menjadi punya tanggung jawab sama kucing. Mulia sekali. Bisa-bisa nanti kucingnya jadi hewan peliharaan favorit loh kak. Hihihi

    Like

Leave a comment