Umroh #4 : Packing Tips

Melanjutkan tulisan sebelumnya, pada postingan ini saya ingin berbagi pengalaman ketika packing menjelang keberangkatan.

Sebelum packing, ada beberapa hal yang harus kita tahu terlebih dahulu, agar bisa memperkirakan jumlah dan jenis baju yang akan dibawa. Yaitu :

  • itinerary atau semacam jadwal kegiatan rencana perjalanan kita, ga harus detil paling tidak garis besarnya saja. Berapa hari, pake transit atau direct, tempat apa saja yang dikunjungi.
  • Cuaca tempat tujuan (kami berangkat saat cuaca di Arab Saudi mulai panas, bahkan suhu di Kota Makkah di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius).

Perjalanan umroh yang berlangsung 4-12 April 2015 lalu adalah kali pertama untuk saya dan suami. Kami sama-sama nggak ada bayangan soal packing, hanya cari tahu di internet dan juga teman atau tetangga yang udah pernah berumroh.

Perjalanan kami berlangsung selama 9 hari dengan penerbangan langsung dari Garuda Indonesia. Pake transit ding, tapi cuman di Jakarta (perjalanan PP Jogja- Jakarta – Jeddah). Plus perjalanan darat ketika berpindah dari kota ke kota (Jeddah-Madinah-Makkah-Jeddah).

Setiap jamaah mendapatkan 1 koper besar dan 1 tas slempang.
Setiap jamaah mendapatkan 1 koper besar (40 x 55 x 20 cm) dan 1 tas slempang.

Trus apa saja yang dibawa?

Pakaian :

  1. 6 stel baju atau gamis. Kalo pilih gamis, jangan lupa celana legging atau semacamnya untuk rangkap dalam. Plus jilbabnya ya, lebih praktis jilbab instant.
  2. 4 stel baju tidur. Sebaiknya yang panjang ya. Supaya kalo ada butuh apa-apa tinggal pake jilbab instant panjang, udah deh ketutup semua.
  3. Pakaian dalam untuk keperluan 6 hari. Lah kok cuman 6 hari? saya sempatkan nyuci soalnya.
  4. Dalaman jilbab 5 buah.
  5. Mukena. Dari biro umroh biasanya memberi mukena (atasan saja), saya tambah dengan 1 stel  warna putih. Sebaiknya yang polos aja. Mukena putih 2 pieces itu khas banget, biasa dipake jamaah asal Indonesia atau Malaysia.
  6. Dua (2) lembar kain ihram bagi laki-laki. Biasanya udah dikasih dari biro umroh. Jangan lupa ikat pinggangnya.
  7. Sajadah, ukuran besar tapi yang tipis aja. Kenapa harus bawa? Jumlah jamaah yang sholat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram itu luar biasa banyaknya. Kalo datang awal masih kebagian di karpet, tapi kalo datang lambat bisa kebagian dinginnya marmer atau panasnya aspal. 🙂
  8. Deker tangan (2 stel). Karena selalu pake baju dan jilbab panjang, sangat memudahkan ketika sholat di perjalanan. Tinggal pake deker aja untuk menghindari terbukanya pergelangan tangan saat sholat.
  9. Kaus kaki panjang 4-5 stel.
  10. Sandal jepit (dipake bolak-balik ke masjid), plus kantung plastik untuk menyimpan sandal dan dibawa ke dalam masjid.
  11. Masker untuk menghindari panas dan debu (boleh yang sekali pake, atau yang dari kain).
  12. Sunnies/kacamata hitam.
  13. Jaket untuk di pesawat, lumayan dingin.
  14. Sepatu yang nyaman, digunakan saat perjalanan berangkat, city tour, dan pulang.

Toiletries :

  1. Alat mandi (sikat dan pasta gigi, sabun, shampo). Walaupun di hotel udah ada, saya selalu bawa sendiri. Kalo handuk sih gak perlu bawa, cukup dari hotel aja.
  2. Body lotion. Udara di sana memiliki tingkat kelembaban yang rendah, cuman sekitar 20%, jadi harus rajin pake pelembab.
  3. Pelembab bibir (lip gloss/lip balm). Ini penting banget, karena bibir bisa pecah-pecah parah kalo nggak pake pelembab, cowok juga pake loh.
  4. Tissue basah dan kering.
  5. Semprotan air kecil. (Dipake untuk wudhu saat kondisi mendesak. Di sana, kita harus datang 2 jam sebelum adzan berkumandang agar bisa masuk masjid karena jamaahnya banyak banget. Nah, kalo udah masuk masjid dan harus keluar lagi untuk wudhu, bakal sulit untuk masuk lagi dan dapat tempat.)

Tambahan tapi juga penting :

  1. Al-Quran. Sebenernya di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram juga ada sih Al-Quran, banyak banget malah. Tapi, menurut saya Al-Quran cetakan dari sana hanya bisa dibaca dengan baik dan benar bagi mereka yang sudah mahir bacaannya. Sedangkan saya yang masih perlu banyak perbaikan, sengaja bawa dari rumah yang ada penanda warna-warni untuk pembeda tajwidnya. Lagian, bisa dibaca selama perjalanan berangkat maupun pulang, daripada ngelamun atau ngobrol.
  2. Botol minum 500 ml 2 buah. Kenapa? Di kamar hotel nggak disediain minum, cuman di tempat makan aja. Botol itu juga bisa dipake ketika mau ambil air zamzam di masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram.
  3. Obat-obatan sesuai kebutuhan.
  4. SP Troches 2-3 box. Ini bukan obat loh, tapi permen yang mengandung antiseptik, udara di sana itu kering banget, harus banyak minum dan dengan menghisap troches ini bisa membantu menghindari sakit tenggorokan. Dan ini manjur banget, alhamdulillah setelah umroh pun saya tidak batuk dan sakit tenggorokan.
  5. Hanger dan jepitan baju (6 buah). Bagi yang pengen nyuci, perlu banget bawa hanger.
  6. Detergen 3 sachet kecil (kalo mau nyuci).
  7. Peniti, karet gelang. (sekadar jaga-jaga, biasanya kepake).
  8. Converter colokan listrik. Saya kemaren bawa, tapi ternyata gak kepake. Hotel tempat saya menginap colokannya sama dengan di Indonesia, tapi gak tau ya hotel lain gimana.
  9. Bantal traveling, kita juga menggunakan kendaraan darat untuk berpindah dari kota ke kota. Jadi lumayan bisa dipake istirahat selama perjalanan darat. Kalo di pesawat udah dikasih selimut dan bantal selama penerbangan.
  10. Extra bag yang bisa dilipat dimasukin ke koper, siapa tahu koper gak muat lagi untuk menampung oleh-oleh sewaktu pulang. Insya Allah saya juga akan nulis tips mencari oleh-oleh di postingan lainnya. 🙂
SP Troches. Bisa dibeli di apotik. (Bukan iklan loh ini).

Pasti banyak yang penasaran, hape berkamera bisa masuk gak sih ke Masjid Nabawi dan Masjidil Haram? Saat kami di sana, boleh. Bahkan kamera pun juga boleh. Hanya saja kalo menurut pendapat pribadi saya, foto-foto boleh tapi jangan sampai mengganggu konsentrasi ibadah kita. 🙂

Trus, koper perlu diberi identitas (nama, alamat, nomer telpon) yang jelas ya, secara kopernya seragam sama temen serombongan. Sebaiknya dikasih gembok demi keamanan. Koper dikumpulkan ke Biro Perjalanan, dua hari sebelum tanggal keberangkatan, untuk diberi label dan didata. Jadi saat berangkat calon jamaah cukup bawa tas tenteng/slempang/ransel aja.

Ketika berangkat saya, suami dan anggota rombongan memakai baju seragam batik dari biro. Memudahkan kami untuk saling mengenali ketika di Bandara. Pakailah jaket dan sepatu selama perjalanan berangkat dan pulang, karena ketika di pesawat terasa cukup dingin terutama 9 jam penerbangan Jakarta – Jeddah dan sebaliknya.

Baiklah, sekian dulu tulisan bagian keempat ini. Masih ada tulisan berikutnya loh, ditunggu ya 🙂

Semoga bermanfaat.

PS : Baca juga tulisan yang lain.