Sentimen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

sentimen /sen·ti·men/ /séntimén/ 1 n pendapat atau pandangan yg didasarkan pd perasaan yg berlebih-lebihan thd sesuatu (bertentangan dng pertimbangan pikiran): keputusan yg dihasilkan akan tidak adil jika disertai rasa — pribadi; 2 n emosi yg berlebihan: rasa — sbg bangsa Indonesia akan tumbuh kuat jika kita jauh dr negeri ini3 a cak iri hati; tidak senang; dendam; 4 n reaksi yg tidak menguntungkan: penurunan harga saham hanya disebabkan oleh — pasar

 

Hih, ada apa ini tiba-tiba saya ngomongin sentimen segala? Apa sedang sentimen sama orang? atau jadi korban di-sentimen-in orang?

Alhamdulillah bukan keduanya. 🙂 Cuman tergelitik aja ingin nulis soal sentimen, khususnya sentimen pribadi. Gatel.

Di lingkungan mana pun baik di tempat tinggal, tempat kerja, bahkan di lingkungan keluarga pun bisa saja muncul sentimen, rasa nggak suka, antar beberapa orang atau searah saja. Gak semua sih, tapi bisa aja muncul. Buat saya itu wajar dan lumrah, asal gak berlebihan aja. Namanya rasa suka gak suka itu muncul dari hati ya, nggak bisa dipaksakan.. seperti halnya cinta. #tsaaaah

Trus, kenapa orang bisa punya sentimen pribadi? Pasti ada penyebabnya dong..

Sentimen pribadi bisa muncul karena alasan yang simple, atau bahkan tidak beralasan sama sekali. Bisa juga trus mencari-cari kekurangan orang untuk dijadikan alasan nggak suka. Contohnya di antara perempuan. Hehe, biasanya tuh kalo ada orang baru di lingkungan kita, entah sekolah, kampus, kantor.. apalagi anak barunya cakep.. beuh.. pasti deh langsung pada sentimen. Merasa tersaingi karena cowok-cowok langsung kasih perhatian lebih ke dia. Sentimen ke orang hanya karena yang bersangkutan orang baru. 🙂 Nggak suka karena belum kenal aja.

Sentimen pribadi bisa juga muncul karena alasan yang lebih rumit, yaitu perbedaan. Perbedaan bisa macem-macem, dari pendapat, kultur, bahkan mengarah ke SARA. Tapi sungguh naif kalo sentimen muncul hanya karena perbedaan suku, agama, dan ras.

Ya, beda pendapat biasa terjadi di mana pun. Hanya saja perbedaan pendapat seringkali lebih diutamakan dari pada jalan tengah.  Lebih suka bahas bedanya, tapi lupa sama kerukunan. Tapi di sini saya nggak bahas soal perbedaan pendapat loh, yang saya bahas adalah sentimen yang bisa muncul karena perbedaan. *fokus*

Nah, punya sentimen pribadi itu sebenernya nggak masalah kok, asalkan dikelola dengan baik. Karena sentimen pribadi bisa berpengaruh ke pola dan cara komunikasi seseorang kepada obyek sentimen. Harusnya ngomong biasa aja bisa, tapi karena udah sentimen duluan, nada bicara jadi tinggi, ekspresi nggak ngenakin, bahasa tubuh juga gak nyaman diliat. Atau yang lebih parah lagi, nggak mau menjalin komunikasi sama sekali. Putus deh. Lo gue end!

Trus gimana dong cara mengelola sentimen pribadi itu?

Caranya adalah liat sisi positif orang yang kita sentimen-in itu. Masa iya sih, orang kok cuman jeleknya aja? Pasti ada sisi positif dari orang itu. Atau jangan-jangan sebenernya kita udah ngerti kebaikan orang itu, hanya saja hati tidak mau mengakui? Melihat sisi positif orang lain akan menyeimbangkan cara pandang kita, bahwa ternyata orang yang kita sentimen-in itu juga ada baiknya.

Begitu sebaliknya, ketika kita udah suka ama orang.. juga jangan lebay, tetep sesuai porsinya. Udah cinta, trus nggak pernah bikin salah gitu? Nggak segitunya juga kaliii. Setiap orang ada baik buruknya.

Udah sentimen sama orang, eh orangnya nggak ngerasa kalo di-sentimen-in.. rugi tau! Hehe. Lagian kalo suatu saat tuh orang malah bantuin kita, nolong kita.. apa nggak keki tuh kitanya?

Pada akhirnya, bisa diambil kesimpulan bahwa sentimen pribadi itu sah-sah saja, suka nggak suka itu wajar, asalkan sesuai dengan porsinya. Melihat orang secara obyektif, berimbang, dan adil. Sehingga komunikasi yang terbangun akan menjadi baik dan lancar. Biarpun ada perbedaan tapi tetap rukun. Merdeka! 🙂

PS. Tulisan ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri, sebagai pengingat. #selfreminder

Leave a comment