Bukan Sekadar Baju Taqwa

Pernah denger istilah ‘baju taqwa’? Itu loh baju koko atau baju muslim buat cowok.. Nggak lazim sih penyebutan itu, tapi ada juga yang nyebut ‘baju taqwa’. Entah kenapa, jadi disebut begitu.. Apa karena kalo pake baju koko jadi keliatan alim dan lebih bertaqwa? Hehe, diamini aja kali yaaa? 🙂

Nah, ngomongin soal taqwa, saya jadi pengen sharing tentang sebuah kuliah tujuh menit alias kultum setelah sholat Dhuhur berjamaah di masjid kantor saya. Tepatnya Rabu, 24 Juli 2013 lalu. Pengisinya dari NU Kota Yogyakarta, Bapak Ahmad Taufikurrahman.

Pak ustadz bilang, saat bulan Ramadhan tiba, sudah berapa kali kita mendengar surat Al-Baqarah ayat 183, yang diterjemahkan sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.”

Cukup sering ya denger ayat barusan, tapi apakah kita paham dan ngerti maksudnya? Belum tentu.

Puasa diwajibkan tidak hanya pada umatnya Nabi Muhammad SAW, tapi juga umatnya nabi-nabi sebelum beliau. Contohnya pada masa Nabi Daud AS. Maka dikenal puasa Daud, sehari puasa, sehari nggak.

Ya, jika dipahami secara mudah.. Tujuan berpuasa adalah menjadikan diri kita insan yang bertaqwa. Tapi, apakah taqwa?

Bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab kan? Hehe, saya langsung bengong kalo ditanya begitu. Ngertinya ‘baju taqwa’ alias baju koko.. Atau Tahu Taqwa yang dijual mamang sayur yang sering muter di komplek. :p

Pak ustadz meneruskan, agar mudah memahami apa itu taqwa, seorang alim ulama menafsirkan bahwa Taqwa adalah kependekan dari TAwaduk, Qana’ah, Wara’, dan yAkin.

1. Tawaduk.

Rendah hati. Tidak sombong. Ya, menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki adalah sementara, hanya titipan semata, dan suatu saat bisa diambil oleh Allah. Semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang, semakin rendah hatinya.

2. Qana’ah.

Kalo orang jawa bilang sih, nrimo. Menerima apa adanya. Tapi tunggu dulu, nrimo yang ini dibarengi dengan usaha atau ikhtiar. Berusaha sebaik mungkin, tapi siap menerima apapun ketetapan Allah. Berusaha semaksimal mungkin, namun ikhlas dengan hasil yang Allah berikan.

3. Wara’

Sederhana dan secukupnya dalam berbagai hal. Misalnya dalam berpakaian, makan, mengumpulkan harta dsb. Istilahnya sih tidak berlebih-lebihan, nggak lebay, biasa aja..

Memandang hidup ini sebagai persinggahan semata, sehingga mengambil sesuatu sesuai dengan hak kita saja, secukupnya.

Sebanyak apapun harta, tapi kalo nggak puas.. Pasti tidak cukup. Harta itu yang penting luas, luas kemanfaatannya, sehingga mencukupi kebutuhan kita.

4. Yakin

Yakin bisa diartikan sebagai optimis. Yakin bahwa kesulitan selalu datang dengan kemudahan, masalah selalu datang bersama solusi, kesedihan selalu diikuti dengan kebahagiaan. Yakin bahwa ada Allah SWT yang selalu ada untuk hambaNya. Semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang, semakin optimis pula dalam menjalani kehidupan, pantang putus asa.

***

Lalu bagaimana dengan tingkat ketaqwaan kita? Hanya Allah dan diri kita sendiri yang bisa mengukurnya. Bukan orang lain. Setidaknya, sudah ada 4 hal tadi yang bisa dijadikan sebagai parameter.

Apakah kita masih sering merasa lebih dari orang lain? Masih adakah kesombongan yang terbersit di dalam hati?

Apakah kita masih mengeluh di tengah kecukupan yang kita miliki? Gak bisa mensyukuri yang ada, terlalu fokus terhadap yang nggak ada.

Apakah kita masih sering lebay atau berlebihan dalam beberapa hal? Seberapa cukupnya dalam pemenuhan kebutuhan atau hanya sekedar keinginan?

Seberapa optimis kita dalam menjalani kehidupan? Masihkah kita menggantungkan nasib justru pada manusia, bukan pada Allah?

Jawaban-jawaban pertanyaan itu ada dalam diri kita sendiri.

Kembali pada Al-Baqarah 183, bahwa kita diwajibkan berpuasa agar kita bertaqwa. Hm, mumpung Ramadhan masih tersisa beberapa hari, kita manfaatkan sebaik-baiknya agar tujuan dari berpuasa itu tercapai.

Ketika Ramadhan berakhir, Idul Fitri tiba, tidak sekadar ‘baju taqwa’ yang membungkus tubuh ini, tapi taqwa juga bersemayam dalam hati.

Wallahualam.

ps : apabila ada yang kurang tepat dari tulisan ini, monggo dikoreksi.. Kita belajar bareng yah 😉

 

Posted from WordPress for Windows Phone

Leave a comment