Menantang Tuhan

Kalo baca judulnya ngeri ya, kuwanen!

Apa sih maksud menantang Tuhan? Saya akan ceritakan pengalaman saya pribadi menantang Tuhan. Sebuah pengalaman batin yang tak pernah ingin saya alami lagi.

Sebenernya kejadian ini pernah saya ceritakan di sini, ketika saya bed rest di rumah sakit karena pendarahan kandungan yang berakhir keguguran. Sejak hari pertama bed rest, tak henti saya berdoa, juga membaca Al-Qur’an, sholat 5 waktu pun juga tidak saya tinggalkan meski harus tetap berbaring di tempat tidur.

Pada suatu titik, saya merasa lelah. Masya Allah.. Ada perasaan putus asa akan pertolonganNya. Bahkan saya pernah berujar dalam hati, “tunjukkan kekuatanMu ya Tuhan, kalau Engkau memang ada untukku. Aku telah beribadah padaMu, tunjukkan kuasaMu..” Ungkapan yang meragukan kuasaNya, bahkan menantang. 😦

Ya, itu yang sempat saya rasakan dalam hati. Astaghfirullah.. Sebuah pergulatan batin yang berat buat saya. Untungnya Tuhan masih sayang dengan saya, Dia tidak biarkan saya terperangkap dalam pikiran semacam itu.

Pengalaman itu muncul dalam ingatan saya ketika tadi pagi saya membaca sebuah paparan singkat tentang “kesabaran”.

Seorang alim bertanya kepada seorang bijak,

“Saya tak pernah tinggalkan sholat, sedekah, mengaji dalam alunan yang indah.. Saya berusaha melaksanakan perintahNya sebaik mungkin.. Kenapa doa saya tak jua dikabulkan?”

Tanyanya merintik..

“Sedangkan temanku, malas ibadah.. Berbuat dzalim kepada orang lain, namun ia dapatkan apa yang ia mau.. Kenapa?”

Sang bijak balik bertanya,

“seandainya engkau didatangi seorang pengamen.. Kasar perangainya, menakutkan orang-orang di sekitarnya. Apa yang akan kau lakukan?”

“Langsung saya beri uang. Saya tak mau dia berlama-lama di dekat saya.”

Sang bijak bertanya lagi,

“Seandainya engkau didatangi seorang pengamen, merdu suaranya, pandai memainkan alat musik, menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Apa yang kau lakukan?”

“Akan aku dengarkan lantunan lagunya, berulang-ulang. Tidak langsung kuberi uang, agar ia tidak cepat pergi.”

Kita seperti pengamen-pengamen itu. ketika seorang yang malas ibadah selalu mendapatkan apa yang dia mau, bisa jadi karena Tuhan tak ingin berlama-lama. Segera Tuhan berikan apa yang dia mau, agar ia segera pergi.

Sedangkan, mereka yang ahli ibadah, selalu berdoa dan meminta dengan baik kepada Tuhan, bagaikan pengamen bersuara merdu. Membuat Tuhan-nya ingin berlama-lama dengan sang hamba. Menikmati lantunan suaranya dalam memuji Tuhan-nya. Kalau saja keinginan hamba ini cepat terkabul, bisa jadi lantunan doanya tak terdengar lagi.

Membaca paparan itu, entah kenapa air mata saya mengalir pelan. Ada getaran yang tak tertahankan. Terharu. Saya merasakan betapa Tuhan menyayangi saya.. Allah ingin berlama-lama mendengar lantunan doa saya, mungkin?

Namun di sisi lain, saya harus menilik dalam hati, tujuan dari ibadah dan doa-doa saya. Apakah hanya karena saya menginginkan sesuatu? Dan jika sudah saya dapatkan, maka ibadah saya lakukan sekedar menggugurkan kewajiban belaka? Seberapa dalam cinta saya padaNya?

Rahmat Tuhan, seluas prasangka baik hambaNya.

Posted from WordPress for BlackBerry.

16 Comments

  1. Thanks for sharing, Jeng Anna…
    aku juga “ditegur” lewat posting tentang pengamen ini… aku bisa mengerti betul rasanya berdoa dan memohon tapi sepertinya tak pernah dikabulkan… tapi aku percaya, DIA maha mendengarkan…

    Like

  2. Salam kenal Jeng Anna,
    Terima kasih ikut menikmati postingan yang meneduhkan ini ….. takkan pernah terlambat pertolonganNya bagi setiap kita. Salam

    Like

    1. Salam kenal juga mbak.. Seneng kalo tulisan sy bisa meneduhkan hati yg baca..
      Setuju mbak, takkan pernah terlambat pertolongan Allah bagi setiap kita. 🙂

      Like

  3. Mbak Anna …
    perumpamaan sederhana tentang Pengamen ini membuat saya merenung …

    Yang jelas saya hanya bisa berdoa … apa yang menjadi dambaan Mbak Anna dan Mas Nug … bisa segera didapatkan …

    Ikhtiar harus selalu dikedepankan dan diupayakan …

    Salam saya Mbak Anna

    Like

Leave a comment